Dapatkah COVID-19 Dikendalikan Oleh Antibodi Virus SARS?

Serangan virus SARS-COV-2 penyebab gangguan saluran pernafasan akut COVID-19 masih menjadi momok bagi dunia hingga saat ini. Virus yang awalnya menyerang Wuhan ini belum menunjukkan penurunan penyebaran. dan tercatat 49,009 penderita dan 2,573. Oleh karena itu, berbagai penelitian terkait pengendalian sebaran dan pengobatan COVID-19 masih menjadi topik paling intens dibahas. Baik oleh pemerintah dan akademisi di seluruh dunia.

Salah satu laporan menarik dibahas pagi ini (22 Juni 2020) oleh Nature News and Views. Berita tersebut membahas laporan Pinto et al. (2020) yang membahas efektivitas antibodi monoklonal SARS-COV penyebab SARS (2003) dalam menetralisir virus SARS-COV-2 penyebab COVID-19.

SARS-COV-2 dan SARS-COV adalah dua virus dari subgenus Sarbecovirus yang berkerabat dekat. Keduanya memiliki penyusun asam amino yang sangat mirip, termasuk asam amino penyusun glikoprotein S keduanya yang 80% identik. Glikoprotein S berfungsi sebagai mediator virus Corona saat memasuki sel inangnya. Oleh karena itu, glikoprotein S virus Corona menjadi salah target pengembangan kandidat vaksin COVID-19 dan pengobatan penyakit akibat serangan virus.

Inaktivasi Serangan SARS-COV-2 oleh Antibodi SARS-COV

SARS-COV-2 dan SARS-COV adalah dua virus dari subgenus Sarbecovirus. Berdasarkan analisa bioinformatika yang dilaporkan Okada dkk (2020), keduanya memiliki kemiripan genetik sebesar 80% dan kemiripan asam amino penyusun protein gada, glikoprotein S, sebesar 76%.

Keduanya juga menggunakan glikoprotein S untuk menempel pada permukaan sel inang, saat virus-virus tersebut menyerang. Protein ini menempel pada reseptor sel inang yang sama, yakni protein angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). Oleh karena itu, protein ini dijadikan target pengembangan antibodi monoklonal untuk mengontrol pandemi COVID-19 oleh Pinto dkk.

Pinto dkk. mengisolasi antibodi dari sampel darah penyintas SARS 2003 dan 2013. Mereka mencari antibodi yang bisa berikatan glikoprotein S virus SARS-COV dan SARS-COV-2. Diantara 25 antibodi yang diuji, terdapat satu antibodi yang memiliki afinitas tertinggi saat uji penempelan in vitro. Antibodi ini juga dapat menetralkan virus SARS-COV-2. Antibodi ini diberi nama/kode S309.

pengobatan covid-19
a. Infeksi virus Corona penyebab SARS 2003 (SARS-COV) diawali dengan menempelnya partikel virus pada permukaan sel inang dengan bantuan glikoprotein S. Protein berbentuk gada ini menempel pada reseptor ACE2. b) Pinto dkk menganalisis sampel darah penyintas SARS dan menemukan antibodi yang diberi nama S309. Antibodi ini akan menempel pada glikoprotein S dan mencegah penempelan partikel virus pada permukaan sel inang. c. Antibodi S309 ini ternyata dapat memblokir infeksi partikel virus SARS-COV-2 penyebab COVID-19.

Mekanisme kerja antibodi monoklonal SARS-CoV ini serupa dengan inhibitor non-kompetitif pada enzim. Artinya, antibodi ini dapat menempel pada epitope (situs penempelan khusus antibodi) yang tersusun oleh glikan, bukan pada situs tempat protein S virus menempel reseptor ACE2.

gambar epitop virus sars
Hasil cryo-electron microscopy menunjukkan bahwa S309 mengenali epitop yang mengandung glycan yang disimpan dalam subgenus Sarbecovirus, tanpa bersaing dengan perlekatan reseptor (Pinto et. al. 2020)

Analisis selanjutnya adalah menguji kemampuan netralisasi pseudovirus oleh ke-25 antibodi diatas, termasuk campuran S309 dan antibodi lain. Hasilnya menunjukkan bahwa campuran antibody SARS ini dapat menetralisir (membuat virus jadi tidak bisa menginfeksi inang) pseudovirus dari kelompok Sarbecovirus, SARS-COV, dan SARS-COV-2. Campuran antibodi tadi juga diklaim dapat membatasi mutasi virus jadi resisten terhadap campuran ini.

Sejak ditemukannya antibodi ZMapp, molekul berbobot ringan yang dapat menempel pada protein penting virus Ebola, pengembangan terapi imun untuk penyakit ini terus berkembang pesat. Penemuan Pinto dkk ini diharapkan memicu pengembangan terapi imun seperti pada kasus penanganan Ebola ini.

Antibodi monoklonal berbasis antibodi SARS-COV diatas dapat menjadi terapi imun bagi orang yang terpapar virus SARS-COV-2. Tujuannya agar virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan fatal pada tubuh penderita. Selain itu, campuran antibodi diatas juga dapat orang-orang yang memiliki resiko terpapar virus ini. Jadi, sistem imun telah siap menetralisir virus tersebut saat ia masuk ke dalam tubuh.

Daftar Pustaka

Going back in time for an antibody to fight COVID-19

Pinto D, Park YJ, Beltramello M, Walls AC, Tortorici MA, Bianchi S, Jaconi S, Culap K, Zatta F, De Marco A, et al. 2020. Cross-neutralization of SARS-CoV-2 by a human monoclonal SARS-CoV antibody. Nature. (April).doi:10.1038/s41586-020-2349-y.

Tinggalkan Balasan