Sejarah Antibiotik yang Kelam

Antibiotik adalah senyawa antimikrob yang mampu menghambat bahkan membunuh bakteri. Setiap pemberian obat, biasanya dokter juga memberikan antibiotik. Antibiotik digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen yang berbahaya bagi tubuh agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut.

Contoh dari antibiotik yang banyak digunakan adalah Streptomisin, sulfadrug, dan penisilin. Seluruhnya merupakan antibiotik pertama yang pada awalnya hanya berasal dari uji laboratorium.

Bagaimana dan Apa yang Mendasari Perburuan Antimikrob Ini?

Sejak penemuan antibiotik tersebut para peneliti terpicu untuk terus mengembangkan dan mencari jenis antibiotik baru yang memiliki target yang berbeda daripada antibiotik sebelumnya. Kesuksesan dari penggunaan antibiotik sebagai antibakteri sekarang, tidak terlepas dari fakta-fakta bahwa pada awalnya penemuan dan pengembangan antibiotik yang tidaklah mudah.

Bagaimana pada awalnya antibiotik ditemukan sebagai antibakteri dan bagaimana pada awalnya senyawa antibiotik tersebut digunakan secara massal pada masyarakat sebagai terapi pengobatan beberapa penyakit? Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut akan terjawab apabila kita menelusur sejarah dari penemuan antibiotik tersebut.

Pencarian Solusi Anti-infeksi yang Aman

Salah satu faktor pendorong penemuan antibiotik adalah kebutuhan masyarakat akan suatu senyawa yang mampu menyembuhkan beberapa penyakit karena adanya infeksi bakteri. Yang menyebabkan wabah seperti penyakit pneumonia (infeksi Streptococcus pneumoniae), sipilis dan infeksi Staphylococcus aereus pada luka kulit prajurit perang.

Awalnya masyarakat dan ilmuwan menggunakan senyawa beracun merkuri dan arsenik sebagai antibakteri. Penggunaan senyawa tersebut berdasarkan pengetahuan adanya bahwa senyawa tersebut dengan dosis tertentu dapat meracuni bakteri.

Namun, pengunaan arsenik dan merkuri tersebut ternyata juga dapat meracuni penggunanya sehingga tidak digunakan lagi sebagai antibakteri. Rene dubos memperkenalkan pandangan berbeda mengenai bagaimana seharusnya kerja dari senyawa antibakteri.

Titik Awal Penemuan Antibiotik

Dubos memberikan pandangan baru adanya perkelahian dalam proses infeksi bakteri dan era baru dari obat. Dubos menumbuhkan S. pneumoniae dengan cairan yang diekstrak dari tanah. Dia mengemukakan teori bahwa bakteri dari tanah dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh S. pneumoniae seperti suatu keseimbangan ekologi.

sejarah antibiotik
René Dubos, penemu antibiotik Gradimisin

Dubos telah berhasil mengisolasi Bacillus brevis yang memiliki aktivitas antagonis dengan S. pneumoniae. Seorang kolega dari Dubos, Rolin Hotchkiss membuka wawasan mengenai keberadaan bakteri tanah yang mampu menghasilkan senyawa Gramicidin menghambat S. pneumoniae.

Penemuan gramicidin ini membuka wawasan bahwa tanah mengandung mikroorganisme penghasil senyawa antibakteri. Seorang ahli kimia juga telah sukses membuat senyawa sintetik antibakteri sulfomida yang tidak berbahaya bagi manusia dikenal sebagai sulfa drug.

Alexander Fleming: Sejarah Antibiotik yang Kelam

Revolusi besar dalam penemuan antibiotik adalah penemuan penisilin oleh Alexander Fleming  dari Universitas Oxford. Penemuan tersebut berawal dari suatu ketidaksengajaan yang awalnya tidak diinginkan ternyata ketidaksengajaan membawa dampak besar terhadap bidang kesehatan.

penemu antibiotik
Alexander Fleming, perintis produksi antibiotik (Sumber: J. Gavalda}

Kultur S. aureus  yang dikultivasi oleh Fleming pada cawan agar terkontaminasi oleh Penicilium notatum yang menyebabkan terbentuknya zona dan tidak tumbuhnya S. aureus. Penicilium notatum menghasilkan senyawa antibakteri penisilin yang telah terbukti efektif mengobati infeksi S. aureus  pada luka.

Beberapa orang berpendapat yang seharusnya mendapat penghargaan atas suksesnya pengembangan penisilin adalah Howard Florey dan Ernst Chain. Mereka adalah orang yang tidak hanya menilai penisilin semata-mata hanya suatu keingintahuan seorang mikrobiologi, namun membuat penisilin diproduksi dalam jumlah banyak untuk digunakan secara luas oleh para tentara dan masyarakat.

Bahkan Chain menemukan faktor rendahnya aktivitas penisilin dikarenakan adanya kontaminasi E.coli pada proses produksi penisilin. E.coli dapat menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi penisilin. Fenomena tersebut menunjukkan adanya bakteri yang bersifat resiten juga terhadap penisilin. Sifat resestensi bakteri itulah yang membuat kemunduran dari pengembangan antibiotik. Pengembangan antibiotik dianggap tidak menjanjikan yang pasti sebab pada akhirnya bakteri akan berevolusi sehingga antibiotik tidak efektif lagi.

Penemuan penisilin yang gemilang tercoreng oleh pelanggaran etika medis yang memalukan dari studi Tuskegee oleh ahli fisika dan US. Public Health Service. Studi tersebut bertujuan untuk melengkapi data patologi sipilis yang terbongkar pada tahun 1972.

Mereka melakukan studi pada ratusan petani miskin penderita sipilis warga keturunan Afrika-Amerika di Alabama dari 1932 hingga tahun 1972. Petani tersebut tidak diberitahu penyakit yang menyerangnya dan diberi tindakan medis tanpa persetujuan.

Para pelaku studi hanya memberitahu bahwa mereka memiliki ”darah buruk” dan mereka akan mendapat pengobatan gratis. Faktanya separuh dari masyarakat tersebut tidak semuanya diberi pengobatan penisilin namun sebagian masyarakat menjadi kontrol yang hanya diberi plasebo (cairan tanpa penisilin).

Studi ini tidak mempertimbangkan efisiensi penisilin pada penderita sipilis dan efek toksis dalam jangka panjang dan pendek penggunaan penisilin. Selain itu, pasien kontrol seperti mendapat pengharapan palsu bahwa mereka mendapatkan pengobatan. Studi tuskegee telah melanggar sumpah kesehatan dimana bagian terpenting adalah keselamatan pasien. Pada akhir studi beberapa pasien meninggal, ada yang mengalami komplikasi serta beberapa anak terlahir sipilis kontigental.

Pemerintah Amerika Serikat memberikan kompensasi kepada pasien yang masih selamat atas penderitaan mereka selama 40 tahun. Penggunaan antibiotik tidak selalu baik bagi pengunanya sehingga kini untuk  antibiotik harus diuji kelayakan dengan prosedur yang telah ditetapkan. Uji klinis harus benar-benar membuktikan bahwa antibiotik tersebut aman digunakan oleh penggunanya.

Daftar Pustaka

Salyers, A. Abigail dan Whitt, D. Dixie. 2005. Revenge of the Microbes: How Bacterial Resistance Is Undermining the Antibiotic Miracle. Washington: American Society of Microbiology Press. ISBN 1-55581-298-8

Tinggalkan Balasan